MAKALAH
AKIDAH AKHLAK
Membiasakan
Akhlak Terpuji
Kelompok : 2
Nama Kelompok : 1. Raihan
Amar Daud Ibrahim
2. Eko
Febrianto
3. Hofifah
4. Nisvi
Maullidyah
5. Qori
Dini Ayu Febrianti
6.
Helmi Audina
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas mata pelajaran Akidah Akhlak tentang “Membiasakan Akhlak
Terpuji”.
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, guru, dan seluruh pihak yang selalu membantu sehingga
kendala - kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah mempermudah dan
memberi kelancaran dalam proses pencarian materi dan penyusunan makalah
2. Ustadz , guru akidah akhlak yang
telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan
menyelesaikan tugas ini.
3. Orang tua yang telah turut membantu,
membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
4. Teman-teman dari kelompok 2 yang
telah membantu dalam pencarian materi dan penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini bisa selesai tepat waktu.
Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang “Membiasakan Akhlak Terpuji” ini dapat
memberikan manfaat maupun
menjadi tamabahan referensi bagi teman-teman yang membutuhkan.
Jember, 3
Agustus 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG................................................................................................ 3
1.2 RUMUSAN
MASALAH........................................................................................... 3
1.3 TUJUAN..................................................................................................................... 3
BAB 2
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
BAB 3
KESIMPULAN.............................................................................................................. 10
SARAN........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 12
BAB
1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagai
orang Islam, sudah seharusnya kita mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran agama islam mulai yang paling dasar hingga yang mendalam. Allah
menciptakan makhluk dengan tujuan agar mereka beribadah kepada-Nya semata.
Allah juga mengutus para rasul-Nya untuk mencontohkan perilaku yang baik kepada
para manusia, lalu menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka, dengan maksud para
hamba-Nya agar dapat berperilaku yang baik dan benar sesuai yang tertulis
didalam kitab-Nya, terutama Al-Quran.
Allah mengutus Nabi Muhammad Saw.
tak hanya untuk membenarkan agama atau keyakinan atau akidah hamba-hamba Allah,
tetapi juga sebagai petunjuk bagi orang islam dalam berperilaku yang biasa
disebut akhlak.
Maka dari itu, pada kesempatan kali
ini, kami akan membahas tentang akhlak terpuji yang harus kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari seperti beramal saleh, toleransi, musawah dan hal yang
berkaitan dengan ukhuwah.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian, dalil dan cara beramal soleh?
2.
Apa pengertian, dalil, ciri-ciri, dan cara toleransi?
3.
Apa pengertian, dalil, contoh musawah?
4.
Apa pengertian, macam-macam, dalil serta fungsi ukhuwah?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian, dalil dan cara amal soleh
2.
Untuk mengetahui pengertian, dalil, ciri-ciri, dan cara
toleransi
3.
Untuk mengetahui pengertian, dalil, contoh musawah
4.
Untuk mengetahui pengertian, macam-macam, dalil serta
fungsi ukhuwah
BAB 2
Pembahasan
2.1. Pengertian, Dalil dan Cara-cara Beramal soleh
A.
Pengertian Amal Saleh
Secara
bahasa, amal artinya perbuatan dan saleh artinya baik. Jadi, amal saleh dapat
diartikan sebagai perbuatan baik. Adapun secara istilah amal saleh dapat
diartikan dengan perbuatan kebajikan yang dilandasiniman kepada Allah Swt.
dengan niat memperoleh ridho-Nya.
Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI), amal diartikan (baik atau buruk). Sedangkan secara istilah amal
saleh berarti perbuatan sungguh sungguh dalam menjalnkan ibadah ataupun
menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan
terhadap masyarakat atau sesama manusia.
Muhammad
Abduh, ulama kenamaan asal Mesir berpendapat, saleh adalah segala perbuatan
yang berguna bagi pribadi keluarga
kelompok dan manusia secara keseluruhan.
Amal
saleh dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Amal saleh yang dilakukan
oleh seseorang akan menjadi tambahan pahala kebaikan setiap yang dilakukan.
Islam menekankan kepada umatnya untuk beramal saleh dalam setiap kesempatan.
Terkait dengan amal saleh, al-Hasan al-Basri mengatakan, “wahai anak Adam, jika
engkau melihat manusia berada dalam suatu kebajikan, saingilah mereka. Namun,
jika engkau melihatnya berada pada sebuah kebinasaan, janganlah engkau
menyaingi mereka dan pilihan mereka.”
“sungguh
kami telah melihat beberapa kaum lebih memilih bagian mereka yang disegerakan
(di dunia) dari pada yang diakhirkan (akhirat). Akhirnya, mereka menjadi hina,
binasa dan terkenal (keburukannya).”
B.
Dalil Tentang Amal Saleh
Dalil Naqli
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ
الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Apa
yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
QS:An-Nahl | Ayat: 96
QS:An-Nahl | Ayat: 96
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
“Demi masa.
Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(QS Al-‘Ashr 1-3)
“Jika sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS: Al-’Araaf: 96)
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang
Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah,
hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS: Al-Baqarah: 62)
“Dan
dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin
Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah
“salaam”"(QS: Ibrahim: 23)
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi
petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir
sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS: Yunus: 9)
“Dan orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka
dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik
dari apa yang mereka kerjakan.“(QS: Al-Ankabut: 7)
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,“(QS:
Al-Anfal: 2)
“Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS: An-Nur: 55)
“Dan barang
siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah
beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat
yang tinggi (mulia),”(QS: Thaahaa: 75)
“Sesungguhnya
Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS: Al-Hajj: 38)
“Allah Pelindung
orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS: Al-Baqarah:
257)
“dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang
hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.“ (QS: Al-Hajj: 54)
“(yaitu)
orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai
orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka
berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang
kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut
memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan
memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak
akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.“(QS: An-Nisaa: 141)
“Hai orang-orang
yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan
Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang
muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong.” (QS: Al-Hajj: 77-78)
“Hai orang-orang
yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. “ (QS:
Al-Baqarah: 62)
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perk.ataan)
yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orangorang yang akan
mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,”
(QS. al-Mu’minun : 1-11)
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d: 28-29)
“Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada
Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 256).
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
(Al-Hujurat : 10).
“Orang-orang
Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu
belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada
akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (Al-Hujurat : 14).
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah
(kepada mereka): “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu
(keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Mereka merasa telah memberi
nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa
telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang
melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu
adalah orang-orang yang benar”.Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di
langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurat
: 15-18).
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk. “(Al-Bayyinah : 7).
“Balasan mereka di
sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya. ” (QS Al-Bayyinah 8)
“Dan barangsiapa
yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. “(QS An-Nisaa’ 69)
“(Apakah)
perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi
minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS Muhammad : 15)
C.
Cara Membiasakan Amal Saleh
Beramal
saleh harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, berikut beberapa cara
membiasakan amal saleh dalam kehidupan.
1.
Menghormati sesama manusia
2.
Mengoptimalkan kemampuan diri
3.
Menggunakan ilmu dengan benar
4.
Memanfaatkan harta di jalan Allah
5.
Menjaga lingkungan dari keusakan
6.
Selalu berdzikir dan berdo’a kepada Allah setelah
berusaha dan berikhtiar.
7.
Tidak membiasakan diri jatuh kedalam dosa, kebinasaan,
dan kehancuran.
8.
Menjauhkan sikap tercela seperti buruk sangka, iri,
dengki, kikir, boros, adu domba dalam bergaul sesam manusia.
9.
Menjauhkan sikap malas belajar, malas bekerja, pesimis,
penakut, tergesa-gesa, dan sikap atau sifat yang jelak lainnya.
2.2 pengertian, dalil, ciri-ciri, dan cara toleransi
A.
Pengertian Toleransi
Secara bahasa
toleransi artinya bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pendangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda
atau yang bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan secara istilah
adalah suatu sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok atau antar individu
dalam masyarakat atau lingkup lainnya. Toleransi adalah sikap yang melarang
diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda
dalam masyarakat. Toleransi ini dapat terlihat jelas dalam hal agama. Toleransi
agama sering kita jumpai di masyarakat. Adanya toleransi agama menimbulkan
adanya sikap saling menghormati antar masing-masing pemeluk agama.
Toleransi dalam ajaran
Islam disebut dengan tasamuh. Tasamuh adalah sikap menghormati dan menghargai
keinginan serta keyakinan orang lain dengan batasan yang jelas. Dalam hal ini memfokuskan dalam persoalan
agama.
B.
Dalil tentang Toleransi
Dalil Naqli
·
Q.S Al-Mumtahanah[60]:8-9
لَا يَنْهَاكُمُ
اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ
مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.
إِنَّمَا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ
مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ
يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Sesungguhnya Allah hanya melarang
kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.
Dalil Aqli
C.
Ciri-Ciri Orang yang Bersikap Toleransi
Orang-orang
yang terbiasa menerapkan sikap toleransi/tasamuh dalam kehidupannya sehari-hari
akan tampak sifat sebagai berikut :
1.
Memahami dan menyadari bahwa dalam kehidupan banyak
terdapat perbedaan.
2.
Tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada.
3.
Mampu menerima saran dan masukan yang membangun dari
orang lain.
4.
Terbuka kritik dari orang lain
D. Membiasakan hidup toleran
Cara-cara membiasakan sikap toleran dalam kehidupan
sehari-hari :
a.
Menghormati dan menghargai keyakinan orang lain.
b.
Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain
c.
Menghormati peribadatan umat lain dan tidak mengganggunya
d.
Berlaku adil terhadap semua masyarakat yang majemuk
e.
Menjalin persaudaraan dengan umat agama lain
f.
Menghormati hak masing-masing orang
2.3 pengertian, dalil, dan contoh perilaku Musawah
A.
Pengertian Musawah
Al-Musawah secara bahasa artinya adalah persamaan,
kesetaraan,
kesejajaran. Musawah secara istilah persamaan, kebersamaan, dan penghargaan
terhadap sesama manusia sebagai Makhluk
Allah SWT. Artinya adanya pandangan bahwa kita memiliki kedudukan yang sama
tidak peduli adanya
Fungsi
musawah sebagai berikut :
a. Sebagai petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama
manusia
b. Sebagai pengantar untuk menegaskan, bahwa manusia
memiliki derajat yang sama dihadapan Allah SWT. Tidak ada perbedaan antara satu
suku dengan suku yang lain, yang membedakan kedudukan dihadapan Allah SWT
hanyalah ketaqwaan.
M. Tholhah Hasan[2] menyimpulkan ada
kurang-lebih empat macam konsep persamaan dalam Islam, yaitu:
1) Persamaan dalam hukum; dalam Islam semua
orang diperlakukan sama dalam hukum. Nabi SAW. dengan tegas menyatakan :
Seandainya Fatimah anakku mencuri, pasti akan kupotong tangannya.
2) Persamaan dalam proses peradilan; Ali bin
Abi Thalib pernah menegur Khalifah Umar,
karena Khalifah waktu mengadili sengketa antara Ali dengan seorang Yahudi
membedakan cara memanggilnya (kepada Ali dengan nama, gelarnya, yaitu; Abu
Hasan[3] sedangkan kepada Yahudi dengan nama pribadinya).
3) Persamaan dalam pemberian status sosial;
Nabi pernah menolak permohonan Abbas dan Abu Dzar dalam suatu jabatan, dan
memberikannya kepada orang lain yang bukan dari golongan bangsawan.
4) Persamaan dalam ketentuan pembayaran hak
harta; Islam mempersamakan cara dan jumlah ketentuan zakat, diat, denda bagi
semua orang yang kena wajib bayar, tanpa membedakan status sosialnya dan warna
kulitnya.
B. Dalil tentang Musawah
Dalil Naqli
·
Al-Hujurat [49]:13
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalil Aqli
عن عائشةَ أنَّ قريشاً أَهَمَّتْهُمْ شَأْنُ المرأةِ المَخْزُومِيَّةِ التي سَرَقَتْ،
فقالوا: مَنْ يُكَلِّمُ فيها رَسُولَ اللَّهِ ؟ فَقَالُوا: وَمَنْ يَجترىءُ عليهِ إِلا
أُسَامَةُ بنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ . فَكلَّمَهُ أُسَامَةُ، فقالَ رَسُولُ
اللَّهِ : «أَتشفَعُ في حَدَ مِنْ حُدودِ اللَّهِ؟» ثُمَّ قامَ فاخْتَطَبَ، فقالَ:
«إِنَّما هَلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهم كانُوا إِذا سَرَقَ فيهم الشَّرِيفُ
تَرَكُوهُ، وإذا سَرَقَ فِيهمُ الضَّعِيفُ، أَقامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ، وأيْمُ اللَّهِ
لَوْ أنَّ فاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقتْ لَقَطعْتُ يَدَهَا».
Dari Aisyah ra.: bahwasanya bangsawan Quraisy mau
memberi ampunan kepada salah seorang perempuan dari bangsawan Quraisy bani
Mahzum yang kedapatan mencuri, lantas mereka berkata: Siapa yang bisa dijadikan
perantara untuk menghadap Nabi saw?, maka sebagian dari mereka menjawab: Siapa
lagi yang mampu untuk itu selain orang yang paling Nabi saw cintai yaitu Usamah
bin Zaid. Kemudian Usamah menghadap Nabi saw, lalu Nabi saw bersabda: Apakah
anda akan meminta ampunan berkenaan degan salah satu dari had Allah?”, kemudian
Nabi saw berdiri dan berpidato: Sesungguhnya kehancuran umat-umat terdahulu
adalah disebabkan (oleh ketidakadilan); jika salah seorang dari bangsawan
mereka mencuri, maka mereka memberi ampunan, namun jika yang mencuri itu orang
biasa (bukan bangsawan), maka mereka menegakan had. Dan demi Allah! Jika Fatimah binti Muhammad
saw itu mencuri, maka aku akan tetap memotong tangannya”
Dalam haji wada’ Rasulullah SAW bersabda : “Wahai segenap
manusiaingatlah bahwa Tuhan kalian sama, ayah kalian sama. Kalian adalah
keterunan Adam dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada perbedaan bagi orang arab
atau non-arab, orang yang berkulit merah dengan orang yang berkulit hitam atau
sebaliknya kecuali taqwa. Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian
adalah orang yang paling bertaqwa”.
C.
Contoh Musawah
Contoh ibadah yang mengandung prinsip musawah antara lain salat berjamaah
membentuk saf-saf yang lurus. Di dalm saf-saf tersebut terdiri atas berbagai
orang, baik orang yang kaya, miskin, pejabat, rakyat biasa dan golongan
lainnya. Tidak ada perbedaan dalam saf-saf tersebut.
2.4 pengertian, macam-macam, dalil dan fungsi Ukuwah
A.
Pengertian Ukuwah
Ukhuwah secara
bahasa berasal dari kata أخ
(akhun) yang artinya saudara. Kata ukhuwah berakar
dari kata kerja akha. Makna asal kata ini berarti memperhatikan. Ukhuwah
berarti persaudaraan. Persaudaraan yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya
terbatas pada saudara yang masih punya hubungan darah, melainkan saudara seiman. Sehingga
dalam ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas oleh suku, bangsa dan lain
sebagainya.
Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah
kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan,
kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah.
Menurut Imam Hasan Al-Basri, ukhuwah Islamiyah
adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah. Ukhuwah
islamiah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat
islam.
Proses
terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1. Melaksanakan proses Ta’aruf
ِيَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT . Adanya interaksi dapat membuat ukhuwah lebih solid dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT merupakan ikatan terkuat yang tiada tandingannya, Perpecahan mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya. Pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.
2. Melaksanakan proses Tafahum
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Saling memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses ta’aruf (pengenalan) dapat deprogram namun proses tafahum dapat dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan. Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.
3. Melakukan At-Ta’aawun
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُحِلُّوا شَعَائِرَ اللهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْىَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلآَءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman (saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain. Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu.
4. Melaksanakan proses Takaful
yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
·
Sekurang-sekurangnya ada
dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang Islami. Pertama,
persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan ke
dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota badan itu
sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit. Kedua, persaudaraan
Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara
masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi untuk
memperkuat dan memperkokoh.
·
Rasululullah bersabda :
“Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara nya seperti mencitai
dirinya sendiri.
B. Macam-macam Ukhuwah
1.Ukhuwah
fi al Ubudiyyah, yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti
memiliki persamaan. Dan tidaklah binatang-binatang yang ada dibumi, dan tidak
pula burung-burung yang terbang dengan kedua sayafnya, kecuali umat seperti
kamu juga (QS Al an'am {6}; 38). Persamaan ini antara lain, dalam ciptaan dan
ketundukan kepada Allah (QS. Al
Baqarah {2}; 28)
2.Ukhuwah
fi al insaniyah, dalam arti seluruh
manusia bersaudara, karena mereka
semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu.Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya.(QS Al hujurat, 49: 12), berdasarkan
pembagian ukhuwwah yang kedua ini maka semua manusia tanpa melihat agama adalah
bersaudara, sehingga tidak salah kalau masalah-masalah sosial semua manusia
harus saling bantu, saling menghargai, saling menghormati. Hal ini dijelaskan
dalam al-Qur’an
Apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik
dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Allah memperhitungankan segala sesuatu. (Qs an Nisa’ 4, 86)
Berdasarkan ayat ini, bila ada seorang non
muslim mengucap salam (penghormatan) dengan ucapan Assalamu’alaikum kepada
muslim, maka umat islam harus menjawab wa’alaikum salam
warahmatullahiwabarokatuh. Karena salam bukan permasalahan aqidah tetapi ucapan
Assalamu’alaikum adalah etika manusia bertemu dengan temannya. Selain itu juga
salam adalah bahasa bagi umat islam yang boleh dipakai setiap ketemu dengan
temannya sendiri.
3.Ukhuwah
fi al-wathaniyah wa al nasab. Persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan
seperti yang disyaratkan dalam al-qur'an artinya:
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad
saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya. (Qs Al A’raf, 7: 65), dan Qs Al Hujurat 10-12)
5.
Ukhuwah fi din al Islam, persaudaraan antara sesama muslim seperti
bunyi surat al ahzab 5. demikian juga dalam sabda Rasul Saw.” Antum ashabi,
ikhwanuna al ladzina ya’ tuna ba’di” ( kalian adalah sahabat-sahabatku,
saudara-saudara kita adalah yang datang
sesudah (wafat) ku. ( Quraish Shihab, 1994 : 358 ).
C.
Dalil tentang Ukhuwah
Dalil Naqli
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Ayat diatas menunjukkan bahwa persaudaraan yang terjalin atas dasar sesama
muslim adalah persaudaraan berganda. Pertama atas dasar persamaan iman, dan
yang kedua atas dasar persamaan seketurunan. Meski pengertian yang kedua
tersebut bukanlah pengertian yang hakiki, namun tidak ada alasan untuk memuluskan
hubungan persaudaraan tersebut.
Dalil Aqli
D.
Fungsi ukhuwah
a. Persaudaraan yang tulus akan melahirkan kasih
sayang yang mendalam pada jiwa setiap muslim.
b. Menimbulkan dampak positif seperti toong
menolong, mudah memaafkan d.
c. Terhindardari hal-hal yang dapat merugikan
oranglain, baik dalam harta, jiwa, kehormatan, harkat dan martabat.
d. Ukhuwah akan meahirkan sifat yang mulia, yaitu
santupeduidancinta kasih.
e. Ukhuwah memperkukuh kekuatan umat islam sehingga
terwujud kejayaan islam.
BAB
3
Penutup
3.1
Kesimpulan
Amal sholeh, toleransi,
tasammuh dan ukhuwah merupakan salah satu dari banyakanya rangkaian umat islam
dalam bermuamalah antar sesama manusia. Amal sholeh, toleransi, tasamuh dan
ukhuwah sendiri juga saling berkaitan antara satu dengan yang lain, tiap ahlak
terpuji ini juga harus saling mendukung dalam pengamalannya untuk mampu dikerjakan secara maksimal. Dalam
alquaran sendiri telah tertulis perintah untuk saling berperilaku baik antar
sesama manusia, Allah juga
telah mengatur hubungan kita antar sesama manusia,
khususnya hubungan kita antar sesama umat islam. Sehingga keempat ahlak terpuji
ini bisa dikatakan sebagai hal yang sangat penting dalam menjalin hubungan
bersosial dengan siapa saja, baik itu non muslim ataupun muslim. Dengan
mengamalkan keempat ahlak terpuji ini kita akan mampu menjadi pribadi yang baik
dimata manusia umumnya dan lebih khusus dimata Allah
3.2
Saran
wah baguuusss. saya dapat banyak ilmu. lanjutkan!
BalasHapus888 Casino Resort in Houston, TX Jobs | JTM Hub
BalasHapus888 Casino Resort is one of 부천 출장마사지 the leading 충청남도 출장마사지 providers 포항 출장샵 of gaming experience for the Texas Hold'em 제주 출장샵 players. We are committed to 청주 출장안마 bringing you premium casino