Makalah Asmaul Husna

Download Makalah Asmaul Husna


BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang
Allah SWT memiliki nama-nama yang indah. Nama-nama yang hanya dimiliki sifatnya oleh Allah SWT. Nama-nama tersebut menunjukkan kesempurnaan Allah SWT dan keagungan-Nya. Nama-nama yang tidak lepas dari dzat Allah SWT. Nama-nama indah tersebut adalah asmaul husna. Allah SWT menyebutkan asmaul husna tersebut didalam Al-Quran. Allah SWT sendiri yang mengajarkan tentang kebesaran dan keagungan-Nya. Sebagai muslim sudah sepatutnya kita harus tidak hanya menghafalnya saja, namun meyakini serta terbiasa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam asmaul husna. Berikut akan dijelaskan beberapa nama-nama terbaik Allah yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan akan menambah keimanan kita kepada Allah SWT.
2.        Rumusan Masalah
a) Bagaimana makna asma-asma Allah (Al-Ghaffar, Al-Razaq, Al-Malik, Al-Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, Al -Hakim) dalam kehidupan umat muslim?

3.        Tujuan Penelitian
      a) Mengetahui makna yang mendalam dari asmaul husna dalam kehidupan umat muslim





BAB II
PEMBAHASAN

1.    AL-GHAFFAR
a.    Makna Asmaul Husna AL-GHAFFAR (Allah Yang Maha Pengampun)
Kata ‘Al Ghaffar’ Al Ghaffar  diambil dari kata dasar ghafara yang berarti ‘menutup’. Ada juga yang berpendapat bahwa kata Al Ghaffar berasal dari kata Al ghafaru, yaitu sejenis tumbuhan yang digunakan untuk mengobati luka. Jika pendapat pertama yang dipilih, Al Ghaffar berarti Dia menutupi dosa-dosa hamba-hamba-Nya karena kemurahan dan anugerah-Nya. Apabila yang kedua yang dipilih, Al Ghaffar bermakna Allah menganugerahi hamba-Nya penyesalan atas dosa-dosa sehingga penyesalan ini berakibat kesembuhan, dalam hal ini terhapusnya dosa.
Dalam Al Qur’an , kata ghaffar diulang lima kali. Dua di antaranya berdiri sendiri, sebagaimana terungkap dalam QS Nuh  (71: 10) dan QS Thaha  (20: 82). Tiga lainnya dirangkaikan dengan sifat Al ‘Aziz yang mendahuluinya. Yang dirangkaikan ini dikemukakan bukan dalam konteks pengampunan dosa. Hal ini memberi kesan bahwa Allah sebagai Al Ghaffar menutupi dan menyembunyikan banyak hal yang tidak atau kurang pantas pada manusia.
Allah Swt. teramat mengasihi hamba-Nya. Walaupun sang hamba berkali-kali melakukan kemaksiatan kepada-Nya, pintu pengampunan Allah senantiasa terbuka. Berkali-kali Dia dikhian ati, tetapi tangan-Nya senantiasa terbuka dan siap menerima kembali hamba-Nya yang ingin bertobat. Tidak bosan Dia memberikan ampunan-Nya karena Dialah Al Ghaffar, Zat Yang Maha Pengampun, Zat yang tidak pernah jemu memberi ampunan

2.    AR-RAZAQ
a.    Makna Asmaul Husna AR-RAZAQ (Allah Yang Maha Bayak Memberi)
الرَزَّاقُ  (Ar-Razzaaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeqi) dan الرَازِقُ  (Ar-Raaziq, artinya Yang Maha Memberi rezeki). Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bait Nuniyyah nya mengatakan,Demikian pula Ar-Razzaaq adalah salah satu dari nama-nama-Nya. Adapun Ar-Razqu adalah salah satu dari perbuatan-perbuatan-Nya, ini terbagi menjadi dua macam.”Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras hafizhahullah menjelaskan bait Imam Ibnul Qoyyim di atas,  “Salah satu nama Allah Subhanahu adalah اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaq, artinya Yang Banyak Memberi rezeki) merupakan bentuk mubalaghah (penyangatan) dari kata اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq, artinya Pemberi rezeki).Perubahan bentuk kata tersebut menunjukkan sesuatu yang banyak, diambil dari kata اَلرَّزْقُ dengan fathah huruf “ra`” (Ar-Razqu yang bermakna pemberian rezeki), yang merupakan bentuk mashdar (kata dasar). Adapun اَلرِّزْقُ dengan kasrah huruf “ra`” (Ar-Rizqu) adalah sebutan bagi sesuatu yang Allah berikan kepada para hamba-Nya berupa rezeki. Makna  اَلرَّزَّاقُ (Ar-Razzaaq) adalah Yang Banyak Memberi rezeki kepa da hamba-hamba-Nya, yang bantuan dan keutamaan-Nya  tidak terputus diberikan kepada mereka, walau sekejap mata.Adapun kata اَلرَّزْقُ (Ar-Razqu, artinya pemberian rezeki) sama dengan kata Al-Khalqu (penciptaan), yaitu sebagai salah satu sifat fi’liyyah (sifat perbuatan) yang merupakan salah satu sifat-sifat-Nya sebagai Rabb. Jadi, اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq) mengandung sifat اَلرَّزْقُ (Ar-Razq) yang bermakna pemberian rezeki. Dan Allah disebut اَلرَّازِقُ (Ar-Raaziq) artinya Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Adapun اَلرَّزَّاقُ  (Ar-Razzaq) menunjukkan makna banyak memberi rezeki, sehingga اَلرَّزَّاقُ  (Ar-Razzaq) artinya Yang Banyak Memberi rezeki. Dia memberi rezeki yang satu kemudian rezeki yang lain dalam jumlah yang sangat banyak.

b.        Tujuan Pemberian Rizki
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya untuk bersenang-senang yang melalaikan ibadah kepada-Nya dan tidak pula untuk bermaksiat kepada-Nya. Allah berikan rezeki itu kepada hamba-hamba-Nya agar mereka bisa beribadah kepada-Nya. Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka tentang bagaimana cara mereka mendapatkan rezeki itu lalu mereka gunakan untuk apa. Oleh karena itulah pantas jika Allah Ta’ala banyak menyebutkan rezeki-Nya di dalam Al-Qur`an  dalam konteks memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan melakukan berbagai macam keta’atan kepada-Nya. Allah Ta’ala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar mensyukuri rezeki-Nya yang mereka dapatkan dengan mentauhidkan Allah dan menjauhi syirik.

3.    AL-MALIK
a.    Makna Asmaul Husna AL-MALIK (Yang Maha Merajai)
Syaikh DR. Muhammad Hamud An Najdi Hafizhahullah mengatakan, Kata Al Malk, Malik, Maliik dan Al Maliik (maknanya) adalah Pemilik Kerajaan. Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan, bahwasanya Allah Subhana wa Ta’ala adalah Pemilik Kerajaan yaitu Raja atas segala sesuatu, Dzat yang mengaturnya tanpa ada yang mampu mencegah dan melawan. Malakuut (kerajaan besar) merupakan (sebutan) khusus untuk kerajaan Allah Subhana wa Ta’ala. Kata ini merupakan mashdar dari (مَلَكَ) yang dimasuki huruf ta’ seperti Jabaruut, Rohabuut, Rohamuut. Makna Al Malik merujuk/kembali pada tiga hal :
1.        Penetapan adanya sifat penguasa kepada Allah. Yang mana sifat ini merupakan sifat yang sempurna kekuatan, kemampuan, ilmu, pengetahuan dan pengawasan, kebijaksaan yang luas, terlaksananya keinginan, kesempurnaan kelembutan/belas kasihan dan kasih sayang, hukum yang sempurna di langit dan bumi, dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi, Allah mampu atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imro [4] : 189).
Juga firman Allah Ta’ala,                             

الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ

Artinya: “Kerajaan yang sebenarnya pada hari itu (qiyamat) adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah”. (QS. Al Furqon [25] : 26).

2.        Sesungguhnya seluruh ciptaan merupakan kerajaan (kepunyaan Allah), menghambakan diri kepada Nya, butuh kepada Nya, memerlukan Nya pada seluruh keadaan mereka. Tidak ada sesuatu pun yang dapat keluar dari kerajaan Nya. Tidak ada mahluk yang tidak butuh atas bantuan, pertolongan, kebaikan, perlindungan, karunia dan pemberian Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَعِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya: “Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. (QS. Az Zukhruf [43] : 85).

3.        Milik-Nya lah seluruh pengaturan yang terlaksana. Dia memutuskan keputusan yang dikehendaki Nya pada kerajaan Nya. Dia menghukumi apa yang Dia kehendaki padanya. Tidak ada yang mampu menolak ketentuan Nya, tidak pula ada yang mampu menggantikan ketentuan Nya. Milik Nya lah segala ketentuan baik ketentuan syar’i dan balasan atas amal.

4.    AL-HASIB
a.    Makna Asmaul Husna AL-HASIB (Yang Maha Mencukupi Hamba-Nya)
            Makna nama Allah al-Hasib adalah Yang Maha Mencukupi hamba-hamba-Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia, Dia Azza wa Jalla yang memudahkan bagi mereka segala kebaikan dan mencegah dari mereka segala keburukan. Al-Hasib juga dapat diartikan bahwa Allah maha menjaga, menghitung dan mengetahui semua amal perbuatan para hamba-Nya, membedakan antara amal yang baik dan buruk, serta mengetahui balasan yang berhak mereka dapatkan dan kadar pahala atau siksaan yang mereka terima. Nama Allah Azza wa Jalla yang maha agung ini disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an:
وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
Artinya            : “Dan cukuplah Allah sebagai pemberi kecukupan” [an-Nisa/4: 6]
Syaikh  Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah memerinci penjabaran makna nama Allah Azza wa Jalla yang maha agung ini dalam ucapan beliau : “Al-Hasib adalah yang maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya, yang maha memberi kecukupan bagi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya, dan maha memberikan balasan (yang sempurna) bagi para hamba-Nya dengan kebaikan atau keburukan sesuai dengan hikmah-Nya (yang maha tinggi) dan pengetahuan-Nya (yang maha sempurna) tentang amal perbuatan mereka yang besar maupun kecil. Kecukupan yang Allah berikan kepada hamba-Nya ada 2 macam :
1. Kecukupan yang bersifat umum, meliputi semua makhluk-Nya, yang beriman maupun yang kafir, yang taat kepada-Nya maupun yang durhaka, yaitu dengan menciptakan, menolong, menyiapkan dan memberikan segala keperluan untuk kelangsungan hidup mereka di dunia, berupa makanan, minuman dan penunjang kehidupan dunia lainnya.
2. Kecukupan yang bersifat khusus dari-Nya, ini hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan bertawakkal kepada-Nya. Dengan inilah Allah Azza wa Jalla memperbaiki dan meluruskan semua urusan mereka, baik yang berhubungan dengan agama maupun dunia. Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِين
Artinya            :”Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikuti (petunjuk)Mu” [al-Anfal/8:64]
            Ayat ini menunjukkan bahwa kecukupan (khusus) dari Allh Azza wa Jalla kepada hamba-Nya adalah sesuai dengan kadar keimanan dan kesungguhan hamba tersebut dalam mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
            Pengaruh positif dan manfaat dalam mengimani nama Allah AL-HASIB, akan menumbuhkan dalam diri seorang hamba sikap tawakkal (penyandaran hati) yang benar kepada Allah Azza wa Jalla, sikap yang merupakan sebab utama untuk meraih kecukupan dan pertolongan dari-Nya dalam semua urusan yang dihadapi hamba tersebut. Maka, jika seorang Mukmin bertawakkal dengan benar kepada Allah Azza wa Jalla, dengan menyandarkan hatinya secara utuh dan sempurna kepada-Nya dalam mengusahakan semua kebaikan dan mencegah semua keburukan, disertai dengan keyakinan dan sangka baik kepada-Nya, maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan kecukupan yang sempurna kepadanya, memperbaiki keadaannya, meluruskan semua ucapan dan perbuatannya, serta melapangkan semua kesusahan dan kesedihannya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Artinya            : “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya” [ath-Thalaq/65: 3]
            Dia tidak berfirman, bahwa (barangsiapa yang bertawakal kepada Allah), maka Kami akan memberikan kepadanya pahala sekian dan sekian, sebagaimana dalam amal-amal shaleh lainnya. Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla menjadikan diri-Nya sebagai pemberi kecukupan, pelindung dan penolong bagi hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya. Maka kalau seorang hamba bertawakal kepada-Nya dengan tawakal yang sebenarnya, kemudian langit dan bumi beserta semua makhluk yang ada di dalamnya ingin memperdayainya (mencelakakannya), maka sungguh Allâh Azza wa Jalla akan memberikan jalan keluar, melindungi dan menolong hamba tersebut”



5.    AL-HADI
a.    Makna Asmaul Husna AL-HADI (Yang Maha Pemberi Petunjuk)
            Allah memiliki sifat al-Hadi, artinya Yang Maha Pemberi Petunjuk. Kebenaran petunjuk Allah ini bersifat mutlak. Kebenarannya akan berlaku sepanjang zaman untuk siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Az-Zumar ayat 36-37
yang artinya "Barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allah maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya."( Q.S. az-Zumar/39 [36-37] )
            Petunjuk Allah ini sebenarnya diberikan kepada semua manusia, tetapi tidak semua manusia mau menerimanya. Coba kamu perhatikan, bahwa perbuatan mencuri, berzina, korupsi, mabuk, memfitnah itu sudah jelas dilarang dalam Al-Qur'an dan dinyatakan sebagai perbuatan salah. Namun, banyak manusia yang melakukannya. Ini menunjukkan bahwa masih banyak manusia yang menolak petunjuk Allah karena lebih suka mengikuti hawa nafsu.
            Namun demikian, ada juga manusia yang benar-benar mau menerima petunjuk Allah. Sebagai contoh adalah ketika kamu sedang asyik bermain, lalu tiba-tiba terdengar suara Adzan, maka kamu cepat-cepat pergi ke masjid untuk sholat berjamaah. Ini bukti bahwa kamu mau menerima petunjuk Allah.

6.      AL-KHALIQ
a.        Makna Asmaul Husna AL-KHALIQ (Yang Maha Pencipta)
                   Al-Khaliq artinya Allah Pencipta, yang menciptakan alam  semesta ini dengan segala isinya, dia Maha Pencipta yang kita kagumi hasil penciptaan-Nya. Makna lain dari kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah adalah “Laa Khaliq Illallah” artinya “Tidak ada Pencipta kecuali Allah”. Karena memang di dunia ini selain Allah adalah makhluk artinya yang diciptakan, termasuk di dalamnya adalah manusia, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya. Allah juga menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat dengan kejadian yang berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga beragamlah makhluk Allah tersebut.
            Dengan memperhatikan kejadian seluruh makhluk membuat kita semakin yakin bila Allah itu Maha Perkasa, wajar bila seorang sufi mengatakan, ”Barangsiapa yang mengenal asal kejadiannya maka dia akan mengetahui siapa Tuhannya”.
Allah Swt  Maha Kuasa, Ia menciptakan alam semesta semuanya tidak menggunakan alat atau perkakas. Bila akan menjadikan sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah, lalu terjadilah seperti firman Allah dalam surat Yasin surat ke 36 ayat 82 yang artinya, “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia”. Dalam surat Yunus 10;3 Allah juga menyatakan firman-Nya, “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
            Jadi jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk, manusia, binatang, matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah Allah Swt . Dalam ayat lain, (Al Baqarah 2;255)”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya): tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Tidak semua orang mengakui kalau Allah adalah Pencipta karena dihalangi oleh beberapa faktor diantaranya tidak mempunyai akal serta tidak diberdayakan akalnya ke arah itu. Dalam mengenal Allah mempunyai dua cara:
·      Dengan menggunakan akal fikiran dan memeriksa secara teliti apa saja yang telah diciptakan Allah, yang berupa benda-benda yang beraneka ragam. Dengan mengetahui nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya.
·      Dengan menggunakan akal dari satu sudut dan dengan mema’rifati nama-nama dan sifat-sifat-Nya dari sudut lain, akan dapat seseorang berma’rifah kepada Allah dan dia akan memperoleh petunjuk ke arah itu.
                   Al Qur’an banyak menunjukkan dengan beratus-ratus tanda bukti yang mengajak ummat manusia untuk merenungkan keadaan alam yang terbuka lebar dan luas di hadapan mereka, itu makanya hal yang dapat menghilangkan akal manusia harus disingkirkan. Yang diciptakan Allah bukanlah sebatas isi langit dan bumi tapi seluruh jagad raya yang maha luas, hal ini digambarkan oleh seorang ilmuan yang bernama Albert Einstein: ketika dia meneropong bintang yang paling dekat dengan bumi,dia menemukan jarak satu juta  tahun perjalanan cahaya, artinya bila kita menyorotkan senter ke bintang tersebut maka akan sampai cahaya senter tersebut setelah satu juta tahun lamanya. Dan ketika dia menyorotkan teropongnya pada bintang yang paling jauh maka dia menemukan jarak yang luar biasa yaitu 20 nonya dibelakang, sehingga kekagumannya tadi terucap dengan pendapat,”Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”.
                   Kebesaran Allah tidak ditemui tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membacakan segala peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang tak berdaya, tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan kekuasaan-Nya [Al An’am 6;95], ”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”
                   Dengan Maha Penciptanya Allah, maka hanya Allah saja yang mengerti tentang keadaan ciptaan-Nya, sifat dan watak hamba-Nya, hak dan kewajiban hamba-Nya sehingga selayaknya bila ummat ini selain mengakui penciptaan-Nya juga tidak mengabaikan pengabdian dalam seluruh aspek kehidupan, bila hanya beriman kepada Allah atas Maha Penciptanya Allah tapi tidak mau mengabdi kepada-Nya berarti sama dengan keimanan orang-orang kafir masa dulu, wallahu a'lam.

7.      AL-HAKIM
a.        Makna Asmaul Husna AL-HAKIM (Yang Maha Bijaksana)
            Al-Hakîm, salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah, yang berarti tepat dan bijaksana. Banyak dalil dari Al-Qur`ân Al-Karîm yang menunjukkan bahwa al-Hakîm merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla . Di samping itu, banyak disebutkan secara bersamaan dengan nama Allah lainnya. Sebagai contoh, misalnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ        
“Dan Dia-lah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi Khobîr (Maha Mengetahui)” [Saba`/34:1].
            Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Hakîm (pembuat dan penentu hukum) bagi seluruh makhluk-Nya. Dan hukum Allah ada dua. Yaitu, hukum yang bersifat kauni (yakni, ketetapan taqdir) dan hukum yang bersifat syar’i (yakni, ketetapan syariat). Allah Subhanahu wa Ta’ala , adalah ketetapan yang bijaksana, tepat dan adil. Misalnya, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mentaqdirkan seseorang beriman, berarti itulah yang paling tepat dan bijaksana. Demikian pula ketika, misalnya, Allah mentaqdirkan seseorang mati dalam keadaan kafir, maka itu pulalah yang paling adil, bijaksana dan tepat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang harus Dia lakukan. Dia Maha Mengetahui segala-galanya, baik berkaitan dengan perbuatan-perbuatan diri-Nya maupun berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para hamba-Nya.
             Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan apapun untuk tujuan yang sia-sia, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menetapkan hukum syariat apapun kecuali sesuatu yang pasti maslahat, bahkan syariat Allah Azza wa Jalla adalah kemaslahatan itu sendiri. Apabila nama al-Hakîm digabungkan penyebutannya dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’alaainnya, maka akan memiliki kesempurnaan ganda.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ
Sesungguhnya Dialah Allah Yang Hakîm (Maha Bijaksana) lagi ‘Alim (Maha Mengetahui). [adz-Dzâriyât/51:30].
            Ayat ini mengandung penetapan sifat hikmah dan ilmu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang merupakan asas bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menciptakan dan memerintahkan. Artinya, apa saja yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan, semuanya terlahir dari ilmu dan hikmah-Nya. Begitu pula perintah serta syariat-Nya pun terlahir dari ilmu dan hikmah-Nya. Ilmu dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengandung semua sifat sempurna bagi Allah.
·      Karena ilmu Allah mengandung kesempurnaan sifat hidup bagi Allah dengan segala konsekuensinya seperti, sifat Maha Tegak (Qayyumiyyah), sifat Maha Kuasa (Qudrah), sifat kekal, sifat mendengar, melihat dan semua sifat lain yang menjadi konsekuensi dari ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sempurna.
·      Sedangkan sifat hikmah-Nya, mengandung kesempurnaan sifat iradah (kehendak), sifat adil, sifat kasih sayang, sifat berbuat ihsan, sifat pemurah, sifat berbuat kebajikan dan sifat selalu meletakkan segala sesuatu tepat pada tempatnya yang terbaik. Mencakup pula hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengutus semua rasul-Nya dan dalam menetapkan pahala serta siksa.
contoh penggabungan dua nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: Sesungguhnya banyak di dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggabungkan nama al-‘Aziz dan al-Hakim. Maka masing-masing dari dua nama itu menunjukkan kesempurnaan khusus sesuai dengan tuntutan masing-masingnya, yaitu kesempurnaan sifat perkasa (‘izzah) pada nama al-‘Aziz, dan kesempurnaan hukum serta hikmah pada nama al-Hakîm. Penggabungan antara keduanya menunjukkan kesempurnaan lain, yaitu bahwa kesempurnaan sifat perkasa-Nya disertai dengan kesempurnaan sifat hikmah-Nya.
Dengan demikian, sifat perkasa (izzah) Allah Azza wa Jalla tidak menuntut adanya kezhaliman, kejahatan atau tindakan semena-mena. Tidak sebagaimana banyak dilakukan oleh para manusia yang menjadi raja perkasa. Biasanya keperkasaan seorang raja akan mendorongnya berbuat dosa, ia berbuat dhalim, jahat dan semena-mena.
Begitu pula hukum dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu disertai dengan kesempurnaan sifat perkasa-Nya. Berbeda dengan hukum serta hikmah (kebijaksanaan) manusia, akan senantiasa diwarnai kehinaan.








                                                                                                     
           






BAB III
KESIMPULAN
           
Mempelajari asmaul husna merupakan salah satu cara untuk meningkatkan iman kepada Allah SWT. Dengan membiasakan diri menghayati serta mengamalkan sifat-sifat Allah yang terkandung dalam asmaul husna akan menyadarkan diri kita yang memiliki banyak kekurangan, kelemahan dihadapan Allah SWT, agar  tidak sombong dan takabbur meski mendapat keberhasilan. Menyadari sepenuh hati, bahwa segala nikmat datangnya dari Allah, sehingga bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut untuk ibadah.





















DAFTAR PUSTAKA



Komentar